Tulisan `dialog` berikut ini mungkin sudah menjadi percakapan biasa dan seringkali kita dengar/jumpai dari beberapa orang yang gres lulus kuliah. Kira-kira begini alur percakapannya :

Sang Sarjana : “Saya sudah lulus kuliah dan ingin bekerja neh”,
Lawan Bicara : “Oh ya ?! Selamat !! Ingin cari pekerjaan dibidang atau sebagai apa ?”
Sang Sarjana : “Perusahaan apa dan sebagai apapun gak problem seh, bila bisa sebagai admin aja“.
Lawan Bicara : “Ouwwh, sebagai admin ya ?! Memangnya dulu kuliah ngambil jurusan apa ?”.
Sang Sarjana : “Aku ngambil administrasi keuangan, tetapi alasannya yakni gres lulus dan belum punya pengalaman kerja, saya mau jadi admin aja dulu.”

Mohon maaf ceritanya tidak kami teruskan , alasannya yakni akan sangat panjang dan bertele-tele. Dengan tanpa bermaksud meremehkan suatu bidang pekerjaan dan atau merendahkan siapapun, kali ini kami ingin memperlihatkan gambaran/realita yang mungkin seringkali dijumpai di kehidupan sehari-hari.
Adalah `Mr J`, sebut saja begitu inisialnya, seorang profesional yang bekerja sebagai HR di sebuah perusahaan dalam kurun waktu yang sudah cukup lama. Kali ini ia membagikan cerita/pengalaman dan pendapatnya kepada ``. Simak penuturan ia mulai dari paragraf berikut.
Miris rasanya, ketika setiap kali bertugas sebagai Human Resource Recruitment & Assesment kemudian menjumpai beberapa akseptor yang berdasarkan kami `jauh dari ideal`. Versi `Ideal` yang kami maksud yakni kompetensi minimal yang bisa diasumsikan menyerupai ini kira-kira. Apabila yang bersangkutan yakni Sarjana Akuntansi, maka paling tidak harusnya menguasai dasar-dasar ilmu akuntansi, atau seandainya yang bersangkutan yakni Sarjana Informatika, maka setidaknya mungkin faham mengenai dasar-dasar pemrograman dan lain sebagainya.
Sayangnya, kebanyakan diantara mereka justru tidak berani melamar posisi pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Justru mereka hanya menentukan posisi pekerjaan sebagai `bagian admin`. Suatu posisi pekerjaan yang berdasarkan kami merupakan level terendah didalam sebuah organisasi / institusi. Atau bisa dianggap sebagai posisi pekerjaan yang aman. Iya, Pekerjaan yang `seolah` bisa dilakukan dengan cara menunggu perintah, lalu menginputnya sebagai data. Hal ini sejatinya bisa dikerjakan oleh orang yang hanya lulus dari Sekolah Menengan Atas / sederajat, alasannya yakni dianggap tidak memerlukan keahlian khusus. Selama bisa mengoperasikan komputer serta memakai kegiatan Microsoft Word dan Microsoft Excel, pekerjaan pun selesai.
Lantas, kenapa harus kuliah dibidang Akuntansi atau Informatika bila hanya ingin menjadi seorang admin ? Sayang sekali bila ilmu yang telah dipelajari selama 4 tahun dibangku kuliah itu tidak diterapkan dengan baik. Bukankah Sarjana Akuntansi seharusnya bekerja sebagai Akuntan (Bagian Accounting) dan Sarjana Informatika seyogyanya bekerja sebagai seorang `Programmer` atau mungkin pada bidang terkait lainnya.
Bukan salah mereka yang menempuh pendidikan lalu tidak siap memasuki dunia kerja dikala gres lulus, bukan pula salahnya sekolah/perguruan tinggi yang belum bisa menyiapkan akseptor didiknya untuk memasuki dunia kerja. Dari pengalaman meng`interview` langsung, seringkali kami menjumpai bahwa kebanyakan dari mereka tidak berani berpikir jauh dan memandang kedepan, ingin menjadi/bekerja sebagai apa sesudah lulus nanti. 

Belajar di Bangku kuliah seolah hanyalah `ritus`.  Setelah lulus dari SMA, ya masuk kuliah di Perguruan Tinggi. Tak jarang dari mereka malah masuk pada jurusan yang tak pernah terpikirkan dan asing, bahkan untuk diri mereka sendiri. Layaknya `bom waktu`, semua berjalan begitu saja hingga jadinya lulus dan mendapat gelar sarjana. `Ritus` selanjutnya yang muncul sesudah lulus kuliah yakni bekerja. Dalam tahap ini, mereka bahkan tidak mempunyai keberanian untuk menentukan sikap, memulai perjuangan berdikari ataukah bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. 

Alhasil, sebagian dari mereka pun melamar pekerjaan untuk posisi paling aman, yakni sebagai admin. Iya, posisi yang serba pas-pas`an, bila tidak mau dikatakan minimalis alias minim gaji, minim promosi dan minim kompetensi dengan segala `tektek bengek`nya. Ibarat pepatah, seolah “hidup enggan, mati tak mau“.  

Bagi Anda yang dikala ini masih duduk dibangku kuliah, pesan/ajakan kami yakni “Segera tentukan perilaku dan gali `passion` Anda sebaik mungkin sebagai bekal kelak ketika memasuki dunia kerja. Mari hilangkan stigma `sarjana tanpa kompetensi` dengan segala nilai `plus`nya. Yang lain mungkin sudah terlanjur lulus dan `salah jurusan`, Pastikanlah diri Anda, Jangan !”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here